BRIN, Biaya Modifikasi Cuaca Capai Rp200 Juta Per Hari

Diposting pada

Penggunaan pesawat saat proses modifikasi cuaca. Foto: CNN Indonesia

Teknologi.id – Diungkapkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat ini diperlukan setidaknya Rp200 juta biaya operasional per hari untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Dalam satu kali proses modifikasi cuaca setidaknya dibutuhkan biaya untuk membeli bahan bakar pesawat atau yang dikenal dengan avtur, bahan semai awan yaitu garam, dan juga biaya operasioal personel yang bertugas.

Dikutip dari CNN Indonesia, Budi Harsoyo yang merupakan Koordinator Laboratorium Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN menyampaikan pada Selasa (3/1), “Dengan satu unit pesawat per hari itu sekitar Rp150 – 200 juta per hari. Dengan menggunakan satu unit pesawat cassa, model terbangnya dua kali.” 

Baca juga: Deep Brain AI Luncurkan Layanan untuk Bertemu Orang Yang Sudah Meninggal

Namun rincian harga yang lebih spesifik, seperti berapa banyak harga yang digelontorkan dalam setiap kegiatan TMC belum bisa dipastikan. Total keseluruhan biaya pengeluaran baru akan dihitung setelah periode TMC yang sudah ditetapkan selesai dilakukan. Dan nantinya akan langsung dilaporkan oleh BRIN kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana – BNPB.

Foto: BMKG | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Menurut CNN Indonesia, proses TMC yang dilakukan dengan penyemaian awan konvektif di sejumlah wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat oleh BRIN, BNPB, BMKG sudah berlangsung sejak 26 Desember 2022 dan akan selesai pada Selasa, 3 Januari 2023.

Sejak 26 Desember 2022, setiap harinya pesawat membawa NaCl untuk ditabur di awan sebanyak tiga sampai enam kali terbang. Banyaknya terbang ditentukan oleh banyaknya jumlah awan yang berpotensi menyebabkan hujan ekstrem pada wilayah pemukiman warga.

Baca juga: 5 Rekomendasi iPad Terbaik untuk Dibeli di 2023

Soal TMC ini sebelumnya sudah dibahas oleh ketiga lembaga dan juga TNI untuk mengantisipasi cuaca buruk pada periode Natal dan Tahun Baru 2023. Dikatakan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, bahwa potensi cuaca ekstrem di Jabodetabek akan diantisipasi dengan menggelar TMC yang diharapkan bisa menurunkan hujan pada laut Pulau Jawa atau danau dan waduk, sehingga tidak mengguyur pemukiman warga wilayah Jabodetabek.

(cta)

https://seputarlampung.co.id/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *